Friday, March 25, 2016

Guus Hiddink – Kehidupan di sepakbola

Dunia sepakbola pada abad yang lalu, ketika Guus Hiddink menjadi pemain profesional, sangatlah berbeda tapi manajer asal Belanda ini masih sangat antusias dengan olahraga yang sudah ia tekuni selama nyaris tiga perempat masa hidupnya dengan pengalaman di berbagai belahan di dunia.
Dalam wawancara eksklusif untuk situs resmi Chelsea berbahasa Asia, manajer 69 tahun ini mengungkapkan bagaimana ia tak pernah melihat terlalu jauh pada setiap pekerjaannya sebagai pelatih, bicara soal perbedaan permainan saat ia masih bermain dulu dengan sekarang dan menjelaskan mengapa kemenangan di FA Cup 2009 menjadi momen yang spesial untuknya.

Saat Anda menangani PSV Eindhoven pada 1987, apakah Anda pernah membayangkan akan menekuni profesi ini hingga selama ini dan di berbagai belahan di dunia?
Tidak. Saat memulainya sebagai asisten pelatih pada 1984 di PSV, lalu menjadi manajer pada 1986, aku tak pernah berpikir masih akan menjadi manajer pada 2016.
Sebagai seorang pelatih, Anda bekerja di masa sekarang, dan pada 1987, aku hanya memikirkan satu atau dua tahun kemudian untuk klub dan bagaimana membangun tim. Aku tak berpikir apa yang akan terjadi di masa depan. Tak pernah terpikir.
Inilah tugas yang harus kami lakukan bagi klub. Untuk karirku sendiri, aku tak banyak merencanakannya karena masa depan tak bisa diprediksi.
Bagaimana perbandingan sepakbola antara ketika Anda mulai bermain pada 1960an dengan menjadi pelatih pada 1980an?
Kurasa sepakbola pada 1960an dan 1970an, bila dibandingkan dengan akhir 1980an dan sekarang, cukup berbeda karena pada saat itu pemain masih punya ruang dan waktu untuk beraksi.
Sekarang, ruang dan waktu itu semakin berkurang secara drastis dan sekarang lebih menjadi olahraga teknis. Ini mudah dimengerti namun sulit dieksekusi dan dengan berkurangnya ruang dan waktu itu, tuntutannya juga lebih besar daripada 20 atau 30 tahun yang lalu.

Bagaimana dengan cara bermain?
Kurasa sepakbola selalu popular di kalangan orang banyak namun dengan adanya globalisasi, kini kita bisa menonton sepakbola di mana pun dan nyaris kapan pun. Bagiku, ini sangat atraktif.
Sebelum mengambil pekerjaan di Chelsea, aku sudah banyak berkeliling dunia dan ketika aku melatih di Asia, Australia, dan Afrika, aku bisa menonton laga-laga Premier League dan liga Eropa lainnya baik saat akhir pekan maupun tengah pekan lewat satelit, yang berarti, kini olahraga ini sudah sangat mengglobal.
Bagaimana periode pertama Anda di Chelsea dibandingkan dengan tempat lain yang pernah Anda latih di sepanjang karir Anda?
Ada beberapa liga terdepan yang menuntut performa tinggi seperti sepakbola dan Premier League, akhir-akhir ini, telah menjadi salah satu liga terdepan di dunia bersama dengan liga Spanyol dan Bundesliga..
Jika membandingkan dengan Premier League saat pertama kali datang ke sini pada 2009, kurasa kini perhatian publik semakin meningkat daripada sebelumnya.
Yang bisa kukatakan adalah meski aku tidak menikmati pekerjaan itu, tapi aku menikmati berada di Chelsea, sebuah klub yang sangat profesional dan terorganisir. Anda merasa sangat dihargai dari hati dan kurasa ini klub yang sangat hangat dan itulah mengapa aku suka ada di sini.

Apakah Anda menikmati interaksi sehari-hari dengan pemain yang Anda latih di klub?
Ya, itulah perbedaannya. Ketika melatih tim nasional, pengaruh yang diberikan berbeda. Ketika melatih klub Anda punya pengaruh harian dan juga strategi dalam pembelian dan penjualan pemain. Anda punya banyak pengaruh dalam strategi dan filosofi klub.
Dalam sebuah federasi, agak berbeda, karena Anda menggantungkan diri pada generasi pemain kecuali punya timnas yang seperti sebuah klub, seperti yang kupunyai di Korea Selatan.
Semua pemainku dibebaskan dari kepentingan klub untuk waktu yang lama sehingga aku bisa mempertimbangkan tim Koreaku sebagai sebuah klub di mana aku bisa bepergian ke seluruh dunia untuk banyak berlatih dan bermain, yang sangat penting terhadap performa mereka di Piala Dunia 2002.                    
Ada di mana peringkat gelar FA Cup bersama Chelsea pada 2009 bila dibandingkan dengan kesuksesan lain di karir Anda?
Aku sudah beberapa kali menjadi juara dan meraih beberapa trofi tapi ketika aku melihat kembali masa kecilku, salah satu hari yang menjadi hari terpenting setiap tahunnya adalah FA Cup di Wembley pada Mei.
Jadi, ketika aku menjuarai FA Cup bersama Chelsea pada 2009, ini merupakan sebuah mimpi yang terwujud karena saat masih kecil, aku selalu bermimpi bisa memenanginya baik sebagai pemain maupun manajer, jadi bisa memenanginya merupakan sebuah pencapaian penting di dalam karirku.

No comments: